Laman

Sabtu, 17 Maret 2012

Skenario Menuju Pembatasan BBM Subsidi

Diam-diam pemerintah sedang menggiring konsumen untuk membeli Pertamax.


Ketika pemerintah mengumumkan penundaan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, banyak masyarakat bernafas lega. Namun itu yang dirasakan masyarakat hanya berlangsung sesaat.

Setelah batal melaksanakan pembatasan pembelian BBM subsidi, pemerintah ternyata telah menyiapkan skenario baru untuk mengurangi konsumsi premium. Caranya dengan memberikan jatah BBM subsidi ke masing-masing Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Karena itu bagi pengguna mobil jangan kaget jika dalam beberapa hari ini mendapati BBM jenis premium di SPBU habis. Ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah melakukan penjatahan BBM subsidi sejak 1 April lalu.

Pemerintah beralasan pemakaian BBM subsidi telah melebihi kuota sebanyak 38,5 juta kiloliter. Tapi hingga Maret, pemakaian sudah melampaui 2,8 persen. Jika konsumsi BBM subsidi tidak dibatasi, pemerintah khawatir harus mengeluarkan kocek lebih banyak untuk memberikan subsidi.

Kalkulasi pemerintah, jika pengaturan BBM tidak dilaksanakan, maka volume konsumsi BBM subsidi bisa mencapai 42 juta kiloliter (KL) dan melebihi kuota APBN 38,5 juta KL. Akibatnya, pemerintah harus menambah kuota sebanyak 3,5 juta KL dengan nilai tambahan ang­garan Rp 7 trilyun.

APBN menetapkan kuota konsumsi harian premium sebesar 63.536 KL perhari. Pada Januari, realisasi konsumsi Premium sebanyak 64.100 KL perhari. Selanjutnya, pada Februari, konsumsi naik hingga 65.075 KL perhari. Pada Maret konsumsi mencapai 66.937 KL per hari.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Darwin Z Saleh mengatakan, jika tidak segera dilakukan langkah-langkah untuk mengontrol konsumsi BBM bersubsidi, maka bisa dipastikan kuota 38,5 juta KL tahun ini bakal terlampaui. “Karena itu, pemerintah akan memantau ketat penyaluran BBM subsidi agar tepat sasaran dan tidak melampaui volume yang ditetapkan,” ujarnya.

Setali tiga uang dengan pemerintah. Sebagai tangan kanan dari pemerintah, PT Pertamina (Persero) juga terus mendorong pengguna kendaraan beralih ke Pertamax alias Pertamaxisasi. Di antaranya, memperbanyak outlet Pertamax dan memasang spanduk maupun stiker yang intinya menganjurkan agar masyarakat memakai BBM nonsubsidi.

Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Djaelani Sutomo mengatakan, pihaknya berencana menata dari sisi konsumsi BBM bersubsidi. Awal April ini sudah terpasang spanduk di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, dan dalam waktu satu bulan sudah terpasang di seluruh wilayah Indonesia.

Bukan hanya itu dalam bon penjualan akan dituliskan pernyataan terima kasih karena tidak ikut-ikutan membeli BBM bersubsidi. Stiker bertuliskan ‘Premium untuk Golongan Tidak Mampu’ juga bakal menghias di SPBU.

Pertamina juga akan membatasi pasokan kuota premium untuk SPBU yang terletak di sepanjang jalan bebas hambatan. Sebab, kebanyakan mobil yang lewat merupakan kendaraan pribadi.

“Secara bertahap akan kami kurangi premium untuk fokus ke Pertamax,” katanya. “Karena itu jadi ada atau tidak ada pembatasan BBM bersubsidi, pertamina akan terus melakukan program Pertamaxisasi di seluruh Indonesia,” tambah Djaelani.

Pengamat Perminyakan, Kurtubi justru menilai kebijakan pemerintah yang memberikan penjatahan BBM subsidi salah besar. Sebab, kebijakan itu akan memberatkan masyarakat, khususnya kalangan menengah bawah.

Bahkan menurut dia, penjatahan BBM subsidi akan mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, pengguna premium bukan hanya kalangan menengah atas saja, tapi juga banyak yang berasal dari kalangan kelas bawah. “Banyak juga yang menggunakan kendaraan pelat hitam sebagai sarana mencari nafkah,” katanya.

Dengan harga Pertamax yang terus naik, Kurtubi memprediksi tahun ini bisa jadi akan ada kenaikan jumlah penggunaan premium. Jika tahun 2010, pemakaian premium sebesar kurang lebih 25 juta kilo liter, maka tahun ini diperkirakan akan mencapai 26 juta kilo liter.

Bisa jadi, penjatahan BBM subsidi menjadi bagian skenario besar untuk memuluskan langkah pemerintah melakukan pembatasan BBM subsidi.[] Ijul’28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar